sentralmerahputih.id – Surin Welangon, lahir di Surabaya pada tahun 1975, adalah seorang seniman multitalenta dari Surabaya dengan memfokuskan diri saat ini menjadi seorang seniman individual yang aktif memposting mempromosikan karya karyanya di platform media sosial.
Sebelum dikenal sebagai seniman, Surin terlibat dalam Teater, Tari, sastra dan terkenal mrmbuat komunitas pemberdayaan Masyarakat perkampungan.
Ia berhasil secara swadaya membuat kampung sendiri yang bernama Kampung Komunitas di Kelurahan Tambak Osowilangun, sebuah kampung yang identik dengan swaka alam mangrove di pesisir Kota Surabaya.
Karya seni dan pendekatan Surin Welangon
Surin Welangon mulai aktif Kembali berkarya rupa pada pertengahan tahun 2025, setelah 16 tahun lebih aktiv di organisasi kemasyarakatan.
Pendekatan Surin welangon dalam berkarya ditandai dengan kebebasan tanpa terbebani.
Ia selalu menghadapi proses kreatif dengan pengalaman batin selama bergabung dengan Teater Tari Parmin Ras yang mempresentasikan kondisi sosial potik dan pengalaman bermediasi dengan alam secara terkonvensi.
Surin awalnya selalu bermedium dengan menggunakan bahan-bahan yang sederhana dan sering dianggap sepele, seperti alat alat nelayan serta bermain-main dengan elemen bahan bangunan bercampur dengan mengekplore dirinya sendiri, dan untuk saat ini lebih banyak berkarya dua dimensi
Sejarah Hidup
Surin Welangon lahir pada tahun 1975 di Suabaya, Indonesia. Ia mulai mengembangkan minatnya dalam seni sejak sekolah seni rupa di Surabaya (SMSR).
Dalam beberapa tahun pertama kariernya sebagai seniman, Surin menyaksikan perubahan besar yang terjadi di Indonesia, termasuk kebebasan berekspresi yang lebih besar dan pengaruh performance art, video arts serta estetika seni instalasi yang memungkinkan bereksperimen dalam dunia seni.
Ia menggabungkan sumber-sumber tradisional dan kontemporer, serta budaya Indonesia dan Barat, dalam praktik seninya serta menginterpretasikan seni gerak, untuk membahas peristiwa sejarah dan kehidupan sosial politik Indonesia saat ini.
Surin juga menggunakan figir hewan dan manusia , motif batik dalam karyanya.
Pengamatan dan keterlibatan sang seniman dengan masyarakat sekitarnya menjadi dasar utama dari karya-karyanya secara keseluruhan.
Ia sering berinteraksi dengan masyarakat setempat untuk mengamati dan mencerminkan budaya yang ada di sekitarnya.
Melalui pengamatan ini, surin menghasilkan gagasan-gagasan yang dituangkan dalam karyanya, yang mencerminkan kontradiksi budaya Indonesia.
Pendekatan yang sederhana dan mengakar ini menghasilkan karya-karya yang bisa membuat orang seperti membaca sebuah tragedi yang puitis, dan terkadang juga bingung dengan berbagai absurditas dan deformitas ala Surin.
Dengan karyanya yang menggabungkan, absurditas, figurative surealis dan pengamatan terhadap sosial politik sehari-hari, Surin welangon terus menginspirasi dan menarik perhatian public.
Ia mengkomunikasikan pengalamannya melalui seninya kepada audiens dari berbagai latar belakang, khususunya para pengusaha dan para aktivis politik dan pergerakan.(*)












