sentralmerahputih.id | SURABAYA – Ketua Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) Pemuda Pancasila (PP) Kota Surabaya, Samsurin Welangon, membagikan kisah perjalanan panjangnya dalam dunia seni.
Sejak muda, ia sudah akrab dengan berbagai kegiatan organisasi, seni tari, teater, hingga sanggar.
“Basic saya memang suka berorganisasi dan banyak bereksperimen dengan seniman tari, ikut teater, ikut sanggar, sehingga akhirnya saya memutuskan untuk mendalami seni rupa,” ungkap Samsurin, Kamis (21/8/2025).
Pada usia 26 tahun, ia bahkan dipercaya menjadi Ketua Presidium Dewan Kesenian Surabaya (DKS).
Saat itu, menurutnya, menjadi momentum penting untuk belajar lebih jauh tentang proses kreatif berkesenian.
“Di Dewan Kesenian Surabaya itulah saya banyak belajar tentang proses berkesenian. Itu sudah sekitar 24 tahun yang lalu,” ujarnya.
Namun, perjalanan keseniannya sempat terhenti cukup lama.
Ia vakum selama 16 tahun sebelum akhirnya kembali melukis ketika mengalami sakit.
Saat itu, lukisan menjadi media terapi sekaligus sarana healing.
“Saya butuh mengenal tubuh saya, butuh waktu istirahat. Dari situlah saya mulai melukis kembali. Alhamdulillah, dalam waktu tiga bulan, sejak Mei sampai Agustus, saya sembuh dari sakit berkat terapi melukis,” tutur Samsurin.
Kini, Samsurin kembali aktif berkarya dengan konsep yang mengangkat isu sosial-politik, terinspirasi dari perjalanan keseniannya di bidang tari, teater, musik, maupun seni rupa.
Salah satu karyanya yang sedang digarap adalah “Gajah Mati di Sarang Semut”.
“Kekuatan semut saya gambarkan sebagai kekuatan rakyat. Bahwa sebesar apapun penguasa, ketika rakyat bersatu, pasti bisa tumbang,” jelasnya.
Samsurin mengaku tengah mempersiapkan karya kolosal berupa kanvas-kanvas besar, yang nantinya bisa mencapai 30 hingga 40 karya. Setelah itu, ia berencana menggelar pameran tunggal.
“Target saya memang pameran tunggal, sebagai bentuk perjalanan saya dalam berkesenian dan refleksi hidup saya,” pungkasnya.(*/gal)